Day 1: Describe Ur Personality
Berbicara tentang kepribadian, sebenarnya saya tidak terlalu ahli mendeskripsikan seperti apa diri saya. Bukan karena ga kenal sama diri sendiri tapi saking rumitnya kepribadian saya, rasanya akan sangatttt panjang untuk dituliskan di sini hehe. Sebagai makhluk yang dinamis, sulit untuk mengkotak-kotakkan manusia hanya pada satu tipe kepribadian. Saya masih ingat persis saat kelas 10 dulu, secara ga sengaja mencoba tes kepribadian yang beredar luas saat itu dan hasilnya adalah ENTP. ENTP sendiri itu adalah singkatan dari Extraverted, Intuitive, Thinking, & Perceiving yang disimbolkan dengan karakter laki-laki berkepribadian kuat dan senang beradu pendapat. Dulu sih saya merasa relate-relate saja, di usia 14 tahun saya merasa menjadi sosok yang sangat easy going dan sering memulai perdebatan tentang apa saja dan dengan siapa saja. Nadia yang dulu tidak akan berpikir panjang untuk menyapa orang baru dengan heboh sekuat tenaga dan senyuman yang sangat enerjik. Saya tidak suka diacuhkan maka dari itu saya sebisa mungkin tidak mengacuhkan orang lain dan menaruh simpatik sedalam-dalamnya kepada siapapun. Nasihat yang selalu saya pegang, “Perlakukanlah orang lain seperti kau ingin diperlakukan.”
Beberapa bulan yang lalu, saya kembali mencoba tes kepribadian di platform yang sama, dengan pertanyaan yang sama. Namun tiba-tiba saja hasil tesnya berubah, kepribadian saya tidak lagi digambarkan oleh karakter laki-laki bertuksedo ungu namun oleh seorang laki-laki berdisplay hijau yang berjiwa bebas dan senang melanglang buana ke penjuru semesta, ENFP. Hanya berubah satu huruf namun dengan deskripsi yang jelas berbeda. Masih dengan energi seorang ekstrovert namun bukan lagi condong ke sisi pemikir tapi perasa. Perubahan Thinking ke Feeling yang entah dipicu oleh apa. Sepertinya semakin dewasa hati saya yang rapuh ini menjadi semakin sensitif wkwk.
Tapi terlepas dari ENTP dan ENFP yang pernah tersemat pada kepribadian saya, satu hal yang saya jamin merupakan jati diri saya bahwa saya adalah makhluk yang sangat penasaran. Entah ini mungkin sifat dasar manusia yang dibawa sejak lahir ya wkwk. Tapi semakin dewasa sepertinya rasa penasaran saya kehilangan haluannya, kalau saat kecil saya sangat penasaran tentang cara alam semesta ini bekerja, bagaimana bisa ada makhluk yang bernama hewan dan tumbuhan selain manusia, bagaimana manusia bisa begitu beragam dari watak, agama, budaya, dan bahasanya, serta hal-hal lain yang menjadikan Nadia kecil banyak menghabiskan waktu menonton tayangan-tayangan edukasi dan membaca buku-buku non fiksi untuk menghilangkan dahaganya atas rasa penasaran yang melingkupi benak. Namun semakin ke sini, rasa penasaran saya lebih condong pada hal-hal yang tidak begitu penting seperti gosip-gosip tentang orang lain, apa yang orang lain pikirkan tentang diri saya, dan hal-hal serupa yang entah karena ini naluri seorang perempuan yang senang bergosip atau memang diri ini sedang kehilangan produktivitasnya.
Di usia 21 tahun ini, di
tempat saya berdiri sekarang, jika disuruh menengok ke belakang untuk melihat apa-apa
saja yang sudah saya lalui di belakang, saya akan sangat bersyukur atas setiap
pilihan yang berani saya ambil. Titik balik kehidupan saya dimulai saat pertama
kali merantau untuk berkuliah, memulai kehidupan sosial baru dengan lingkungan
yang benar-benar baru. Jiwa kemandirian saya yang terbentuk secara perlahan,
didukung dengan lingkungan pertemanan yang membawa saya menjadi sosok yang bisa
survive di kondisi apapun. Berawal dari terpaksa, dipaksa, hingga terbiasa, saya
memberanikan diri untuk tercemplung ke dalam dunia himpunan mahasiswa jurusan
yang banyak sekali memberikan saya pelajaran dan pengalaman berharga yang tidak
akan saya dapatkan jika memutuskan untuk bersikap apatis dan menutup diri, memanjakan
diri untuk terus berada di zona nyaman dan tidak mau mengikuti proses bersama
teman-teman saya di himpunan.
Dunia kampus, apalagi
menjalaninya sebagai seorang perempuan di jurusan yang mayoritas laki-laki memang
tidak mudah. Namun atmosfer dari kultur yang terbentuk di kampus tempat saya
mengenyam pendidikan membuat hal itu terasa sangat berkesan walaupun harus
merelakan waktu tidur malam yang nyaman selama sekian purnama untuk mengikuti
prosesi yang awalnya saya cemooh karena kesan feodalnya, namun memberikan arti
yang sangat-sangat mendalam untuk diri saya. Aktif di himpunan, menjadi panitia
di berbagai kegiatan, mendapatkan kesempatan untuk mengikuti lomba-lomba
nasional, meraih prestasi akademik yang baik, dikenal oleh para dosen, menjadi pengurus,
mengikuti kegiatan di dalam dan luar kampus, menjadi asisten laboratorium, hingga
kini memutuskan untuk sedikit rehat dari euforia dunia kampus yang menghimpit
ruang saya untuk bergerak, meninggalkan sejenak penelitian tugas akhir saya
yang sedang berjalan, saya merasa keputusan untuk menerima tawaran magang dari
mendikbud ini bukanlah pilihan yang buruk.
Berau dan orang-orang baik
di dalamnya berhasil menjadi salah satu memori terbaik dari jejak hidup saya
sebagai seorang remaja. Bertemu dan belajar dengan orang-orang baru yang hebat
dan mengesankan membuat saya menyadari bahwa ilmu saya masih terlalu sedikit,
masih banyak sudut-sudut dunia ini yang belum saya jelajahi.
Sedikit banyak,
kepribadian saya tidak bisa didefiniskan hanya dalam beberapa paragraf saja, satu
hal yang pasti bahwa karakter seseorang adalah hal yang dinamis, manusia dengan
kompleksitas pemikiran dan perilakunya yang kadang arif kadang arogan. Namun
tugas kita adalah menjadi sebaik-baiknya manusia, memberikan manfaat untuk
sekitar, menjadi khalifah bumi yang dimulai dari diri sendiri, dan berpulang
sebagai insan yang dirahmati oleh Tuhannya.
(Berau, 5 Juni 2022)
Komentar
Posting Komentar