Postingan

Day 3: A memory

  Memori atau saya biasa menyebutnya kenangan adalah suatu ingatan akan kejadian di masa lalu yang memiliki kesan dan makna yang mendalam. Jika disuruh bercerita mengenai memori, jujur saya bingung mau menceritakan memori yang mana wkwk, saya memang paling lemah perihal pilih-memilih ☹ Menurut saya memori adalah hal yang sangat penting, dengan bekal memori yang kita miliki, kita akan lebih bijaksana menghadapi hidup. Waktu tidak dapat diputar kembali, namun ingatan bisa membuat sebuah momen itu tetap hidup dan bernafas dalam kepala. Salah satu upaya yang saya lakukan untuk mengabadikan setiap peristiwa yang saya lalui adalah dengan “aktif membuat instastory tiap hari” WKWK. Orang-orang mungkin berfikir bahwa saya terpapar “social media addict” namun sebenarnya itu saya lakukan agar bisa menyimpan semua detail kejadian yang saya alami dengan baik dan rapih. Setiap momen yang saya share adalah ingatan jangka pendek yang akan sangat rentan terlupakan, jadi untuk membuatnya tetap ada, sa

Day 2 : Things that makes u happy

Gambar
Sampai saat ini sebenarnya definisi bahagia itu sangat relatif. Ungkapan yang cukup populer dan sering digaungkan hingga detik ini yaitu, “Bahagia itu sederhana.” Namun ukuran ‘sederhana’ setiap orang itu berbeda-beda. Bagi si A mungkin bahagia itu sesederhana self touring keliling eropa, tidak perlu ribet-ribet mengatur jadwal bersama kawan-kawan yang punya kesibukan masing-masing. Bagi si B, touring keliling eropa itu sama sekali tidak sederhana, bagaimana mungkin menyebut suatu aktivitas dengan budget 50 juta itu sederhana sedangkan ia sibuk mengumpulkan satu-dua lembar rupiah untuk mengisi perut agar bisa melanjutkan hidup esok hari? Bahagia yang sederhana bagi si B adalah bisa makan dengan lahap dan memiliki tempat tinggal yang nyaman. Okay, then, how about myself? Menurut saya bahagia itu terlalu sempit jika menggambarkannya dengan hal-hal duniawi. Di dunia ini, kebahagiaan itu merupakan hal yang fana, hari ini bahagia, belum tentu besok akan sama bahagianya. Detik ini bahagia,

Day 1: Describe Ur Personality

Gambar
  Berbicara tentang kepribadian, sebenarnya saya tidak terlalu ahli mendeskripsikan seperti apa diri saya. Bukan karena ga kenal sama diri sendiri tapi saking rumitnya kepribadian saya, rasanya akan sangatttt panjang untuk dituliskan di sini hehe. Sebagai makhluk yang dinamis, sulit untuk mengkotak-kotakkan manusia hanya pada satu tipe kepribadian. Saya masih ingat persis saat kelas 10 dulu, secara ga sengaja mencoba tes kepribadian yang beredar luas saat itu dan hasilnya adalah ENTP. ENTP sendiri itu adalah singkatan dari Extraverted, Intuitive, Thinking, & Perceiving yang disimbolkan dengan karakter laki-laki berkepribadian kuat dan senang beradu pendapat. Dulu sih saya merasa relate-relate saja, di usia 14 tahun saya merasa menjadi sosok yang sangat easy going dan sering memulai perdebatan tentang apa saja dan dengan siapa saja. Nadia yang dulu tidak akan berpikir panjang untuk menyapa orang baru dengan heboh sekuat tenaga dan senyuman yang sangat enerjik. Saya tidak suka diacuh

November 2021

  November menjadi penawar rindu bagi bentala yang telah lama mendamba sapaan cakrawala. Rintik-rintik air yang saling berlomba menuturkan sapa dan salam yang kesekian, membasuh keringnya bumi yang kian hari dipadatkan oleh koloni-koloni manusia yang kadang lupa caranya bersyukur. Sebagai tamu dari surga, anak cucu keturunan adam yang budiman, sudah sepatutnya kita menjadi entitas yang elegan, menghamba pada sejatinya pemilik semesta, bukan malah memuja popularitas dan menuhankan uang. Hari-hari belakangan, langit tak pernah alpa menuntaskan rindunya. Jika matahari sudah bergerak meninggi lebih dari sehasta, kerumunan awan saling tarik-menarik, merangkul kawanannya yang lain lalu membentuk gumpalan kelabu yang mendebarkan. Perlahan, pasukan air yang menjadi utusan rindu itu melepaskan diri satu per satu jatuh disambut hangatnya pelukan sang bumi. Saya terduduk setengah semangat menghadapi layar 15,6 inchi, memutar kepala untuk merangkai kata demi kata, mengurai benang kusut yang me

Kenakalan Tak Terencana: Perjalanan Menuju Desa di Bawah Kaki Pelangi

  Satu dari sekian keberuntungan yang selalu saya syukuri hingga detik ini adalah kesempatan untuk menjadi bagian dari keluarga kampus mengajar angkatan 2 yang diselenggarakan oleh mendikbud. Dengan bermodal niat untuk mencari kesibukan pasca mengurus di himpunan mahasiswa jurusan, mengisi waktu di samping menjalankan rutinitas perkuliahan sebagai mahasiswa tingkat akhir, saya mencoba untuk mendaftarkan diri pada salah satu program MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) yang belakangan ini sempat hitz. Suatu program yang cukup menggiurkan, kapan lagi bisa melakukan pengabdian, aktivitas sosial, dan dibayar oleh pemerintah? Tanpa berpikir seribu kali, saya segera menyiapkan dokumen-dokumen pendaftaran yang disyaratkan. Tidak begitu sulit, selama tidak ada syarat nilai TOEFL/IELTS yang bisa-bisa langsung membuat saya mundur teratur WKWK. Sebagai orang yang memiliki tingkat kePDan yang tinggi sekaligus potensi insekyuritas yang sama tingginya, lulus dan diterima bukan menjadi ambisi saya

Puisi: Bilakah Rindu, Puan?

BILAKAH RINDU, PUAN?  Nadia Nur Afifa, 2019  Malam menyapa dengan pesonanya yang merekah  Hujan tak mau kalah,  berdesakkan mencumbu bentala yang mendesah  Deru nafas yang terengah-engah,  tarikan satu-satu sebab lari dari masa lalu yang membuat jengah  Wajahku menengadah, menyelami cakrawala dengan mata basah  Menerawang rasi jejak romansa yang tinggal setengah  Dengan tangan terulur patah-patah  Ah, Tuan  Rinduku bersemayam lelap dalam buaian  Terkadang ia menggeliat pelan-pelan,  kala ingatan turut mengambil peran  Pun memori lawas yang menawan turut menjadi kawan  Menyeretku tenggelam dalam kenangan yang menghitam  Seiring bergulirnya masa yang melalaikan hayat dalam pencapaian  Ibarat bahtera yang berlayar di segara lepas  Sanubari teriring memikul nestapa yang mengebas  Gulana akan rasa yang mulai pias  Terombang-ambing dalam ombak yang memanas,  berhulukan netra dengan ampas  Ayal mengalir satu-satu tanpa batas  Deras  Deras  Deras  Terhempas tak berbelas  Gaung bertanya tanpa b

2019: Jangan Kebanyakan Tidur, Bangun!!!

Assalamu'alaikum, teman-teman! Sebelumnya, saya mau minta maaf karena lagi-lagi melanggar janji saya untuk melanjutkan cerita saya soal kegagalan menjadi mahasiswa POLSTAT STIS:( Mungkin untuk yang satu itu bisa saya lanjutin kapan-kapan, kapan kalau ingat dan kapan kalau lagi mood wkwk. Ya, maaf-maaf saja tapi saya menulis itu tergantung mood dan keinginan, terlalu kaku jika harus mengikuti aturan jilid satu harus dilanjutkan dengan jilid dua *berusaha mencari pembenaran* Sebenarnya saya mengalami dilema yang cukup merepotkan saat ingin memberi judul postingan ini. Menengok postingan tahun lalu yang judulnya "2018: Tahun Luar Biasa" membuat saya mengurungkan niat untuk memakai frasa yang sama di sini. Saya jadi sedikit menyesal karena terlalu cepat menilai luar biasaya sesuatu, kadang menjadi orang yang terlalu cepat kagum itu menyusahkan:( Setelah mengalami pergulatan batin dan logika yang gak berguna, lahirlah judul yang gak keren-keren amat ini. Maafkan saya yang