Day 3: A memory

 Memori atau saya biasa menyebutnya kenangan adalah suatu ingatan akan kejadian di masa lalu yang memiliki kesan dan makna yang mendalam. Jika disuruh bercerita mengenai memori, jujur saya bingung mau menceritakan memori yang mana wkwk, saya memang paling lemah perihal pilih-memilih

Menurut saya memori adalah hal yang sangat penting, dengan bekal memori yang kita miliki, kita akan lebih bijaksana menghadapi hidup. Waktu tidak dapat diputar kembali, namun ingatan bisa membuat sebuah momen itu tetap hidup dan bernafas dalam kepala. Salah satu upaya yang saya lakukan untuk mengabadikan setiap peristiwa yang saya lalui adalah dengan “aktif membuat instastory tiap hari” WKWK. Orang-orang mungkin berfikir bahwa saya terpapar “social media addict” namun sebenarnya itu saya lakukan agar bisa menyimpan semua detail kejadian yang saya alami dengan baik dan rapih. Setiap momen yang saya share adalah ingatan jangka pendek yang akan sangat rentan terlupakan, jadi untuk membuatnya tetap ada, saya menyimpannya dengan memanfaatkan fitur dari instagr*am hehe. Saya sering berada di fase-fase merindukan momen-momen di masa lalu, contohnya, jika sekarang bertepatan dengan tanggal 12 Juni 2022, saya akan bertanya-tanya, 12 Juni 1 tahun-2 tahun-bahkan 3 tahun yang lalu, apa yang terjadi ya? Dan arsip story instagr*am saya akan memberikan jawabannya.

Memori yang dimiliki oleh manusia dikelola oleh salah satu bagian dari otak yang terletak di lobus temporal yaitu hipokampus. Ibaratnya, si hipokampus ini adalah staff admin yang biasa berada di kantor-kantor, kerjaannya ngurusin ingatan-ingatan kita yang kadang bandel, niat hati mau lupain mantan eh malah keinget mulu sama kenangan-kenangan bersama doi. Salah sendiri sih udah tau bukan siapa-siapa lagi tapi masih suka kepoin instagramnya pake akun palsu hehe.

Btw gimana sih cara otak bisa membentuk ingatan kita? Nah, memori atau ingatan manusia itu bisa terbentuk saat adanya rangsangan yang diterima dari lingkungan luar dengan melalui 3 tahap, yaitu:

1. Tahap belajar. Nah, di tahap ini, indera kita yang jumlahnya ada 5 itu (gausah nambah-nambahin indera keenam y) akan menerima rangsangan yang berasal dari luar seperti objek apa yang mata kita lihat, suara apa yang telinga kita dengar, aroma apa yang dihirup oleh hidung kita, rasa apa yang kita kecap, dan seperti apa sentuhan yang kulit kita rasakan, yang pasti bukan sentuhan kalbu.

2. Tahap retensi. Rangsangan yang tadi udah diterima sama indera bakal diteruskan ke sistem saraf pusat kita yaitu otak. 

3. Tahap retrieval. Tahap ini adalah tahap dimana hipokampus memanggil lagi ingatan yang sebelumnya udah disimpen untuk membentuk ingatan baru. Terkadang, hipokampus harus menghapus ingatan lama untuk membentuk ingatan baru. Loh kenapa dihapus? Ingatan yang dihapus adalah ingatan jangka pendek dimana kapasitasnya sangat kecil. Namun jika suatu kegiatan yang awalnya hanya berupa suatu ingatan jangka pendek kemudian dilakukan berulang kali selama jangka waktu tertentu, maka dia akan tercatat dan dimasukkan ke dalam kategori ingatan jangka panjang. Selanjutnya, informasi yang baru ini akan disortir dan dikelompokkan oleh staff admin otak kita berdasarkan kategori informasi yang diperoleh.


Kalian bisa nggak menghitung kira-kira ada berapa banyak sih ingatan yang saat ini kalian miliki? Kalau saya pribadi sih, gabisa, saking banyaknya ingatan itu saya sampai ga sanggup menghitungnya satu per satu. Nah, kalau kayak gitu, memangnya memori otak kita ga bakal penuh? Ibarat laptop, berapa sih kapasitas memori otak kita? Kalau udah banyak banget penyimpanannya nanti bakal lemot gak, kudu ganti HDD ke SSD biar performanya tetep prima pas nge-run program?

Menurut Scientific American, otak manusia tersusun atas 1 miliar neuron yang setiap satu neuron membentuk seribu koneksi ke neuron lainnya sehingga dapat diperkirakan terdapat lebih dari satu triliun koneksi yang terbentuk di dalam otak kita. Para pemikir-pemikir hebat yang cerdas dan ambisius a.k.a ilmuwan memperhitungkan bahwa otak manusia memiliki kapasitas sekitar 2,5 petabyte atau setara dengan 1 juta gigabyte. Wah, gabisa dibayangin sih penyimpanan segede itu mampu ditampung oleh gumpalan daging yang berada dalam tengkorak kepala kita yang ukurannya bahkan ga lebih besar daripada bola voli.

Dengan potensi sebesar itu, rasa-rasanya sangat tidak pantas bagi kita untuk mengkerdilkan kemampuan diri sendiri, “Ah, saya ga bisa, saya kan ga pinter,”

Ribuan jaringan saraf di tubuh kita auto komat-kamit memaki si mulut yang seenaknya berkata seperti itu disaat mereka dengan susah payah bekerja dengan kualitas unggul menyalurkan informasi dari dan ke dalam otak.

Ketika diberikan suatu tugas dan tanggung jawab, manusia tidak jarang merendahkan kemampuan diri sendiri dan berdalih, “Saya gak tau, ga bisa mikir, lemah otak,” padahal potensi yang sangat besar telah dititipkan kepada kita oleh sang pencipta bahkan sebelum kita lahir di dunia. “Manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya”, adakah dari kita mampu menyangkal firman Allah itu?

Namun potensi itu tetap saja tidak akan berkembang jika tidak diasah, menyadari bahwa memiliki potensi yang besar saja tidak cukup, sebagai makhluk berakal, kita harus berusaha untuk mengembangkan potensi sebagai amanah yang dititipkan itu agar bisa bermanfaat tidak hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia yang lain, bukan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pidato : Gaya Hidup dan Pergaulan Remaja Masa Kini

Puisi : Generasi Muda

Puisi : Pejuang Ilmu