Day 2 : Things that makes u happy
Sampai saat ini
sebenarnya definisi bahagia itu sangat relatif. Ungkapan yang cukup populer dan
sering digaungkan hingga detik ini yaitu, “Bahagia itu sederhana.” Namun ukuran
‘sederhana’ setiap orang itu berbeda-beda. Bagi si A mungkin bahagia itu
sesederhana self touring keliling eropa, tidak perlu ribet-ribet mengatur
jadwal bersama kawan-kawan yang punya kesibukan masing-masing. Bagi si B,
touring keliling eropa itu sama sekali tidak sederhana, bagaimana mungkin
menyebut suatu aktivitas dengan budget 50 juta itu sederhana sedangkan ia sibuk
mengumpulkan satu-dua lembar rupiah untuk mengisi perut agar bisa melanjutkan
hidup esok hari? Bahagia yang sederhana bagi si B adalah bisa makan dengan
lahap dan memiliki tempat tinggal yang nyaman.
Okay, then, how about
myself? Menurut saya bahagia itu terlalu sempit jika menggambarkannya dengan
hal-hal duniawi. Di dunia ini, kebahagiaan itu merupakan hal yang fana, hari
ini bahagia, belum tentu besok akan sama bahagianya. Detik ini bahagia, detik
selanjutnya bisa saja berganti duka. Namun, manusia sebagai makhluk yang fana,
bisakah mendamba bahagia yang kekal? Tentu saja bisa.
Sebagai seorang muslim,
taraf tertinggi dari sebuah kebahagiaan adalah surgaNya. Bagaimana cara agar
bisa sampai ke sana? Alqur’an telah memberikan jawabannya sejak 1400 tahun yang
lalu risalahnya sampai ke muka bumi. Banyak orang berfikir bahwa yang membuat
seseorang masuk ke dalam surga adalah ibadah yang ia lakukan, entah sedekah
sekian rupiah, sholat yang sekian rakaat, hafalan qur’an yang melekat dalam
kepala, lembaran mushaf yang selalu ia genggam, dan amal kebaikan lain yang
membuatnya berpikir akan mengantarkan ia ke dalam surgaNya. Namun pernahkah
kita berpikir bahwa semua ibadah yang kita lakukan itu tidak ada artinya jika
tidak bisa mendatangkan rahmat Allah? Karena sesungguhnya yang membuat kita
masuk ke dalam surga itu bukanlah semata-mata banyaknya pahala karena amal
ibadah yang kita lakukan, namun karena Allah merahmati kita untuk masuk ke
dalam surgaNya. Lantas, bukankah cara mendapatkan rahmat Allah adalah dengan
melakukan amal ibadah? Iya, tapi melakukan saja tidak cukup, kita harus
memastikan bahwa amalan itu diniatkan ikhlas karena mengharap rahmatNya.
Sebagai manusia yang
masih harus terus belajar, kapasitas saya masih sangat jauh dari para
ustadz(ah) dan alim ulama lainnya, namun tugas kita sebagai sesama muslim
adalah saling mengingatkan, kan?
Kehidupan yang saya
jalani saat ini mungkin belum sepenuhnya berorientasi pada akhirat,
kesenangan-kesenangan duniawi masih seringkali jadi sesuatu yang saya turuti
sampai melupakan resolusi yang telah saya rumuskan baik-baik, bergerak menjadi
insan yang lebih baik hari ke hari, namun selama nyawa masih dikandung badan,
tidak ada kata terlambat untuk membuat perubahan.
Semangat meraih
kebahagiaan yang hakiki!
---
Ohiyaa btw gaiss, sekarang saya lagi ikutan challenge yg udah lama viral sih tp saya baru sempet ikutan wkwk. Jatuhnya ya bukan challenge lagi tapi cuma ingin membiasakan menulis dengan memanfaatkan challenge itu sebagai koridor wkwk. Agak susah kan bund nyari topik untuk nulis:")
Komentar
Posting Komentar